Senang sekali melihat anak-anak desa ini. Mereka belajar dengan suka cita. Tanpa alas kaki bukan alasan untuk tak bersekolah.
Bagi yang sudah memasuki usia SMP, tiap harinya mereka harus menempuh pejalanan puluhan kilometer. Dengan berlompatan dan berdesakan diatas bis mini yang hanya sekali sehari mampir. Toh juga bukan masalah.
Apalagi ratusan bak Penampung Air Hujan selesai dibangun secara swadaya.”Berkurang sudah beban kami,” kata kepala desa. Warga desa tidak perlu lagi berjalan jauh untuk mengambil air. Dia menambahkan, “ini berkah!”
Sebelum kembali, tak lupa disuguhi kopi flores yang kental dan gurihnya ubi nuabosi yang terkenal itu. Dalam hati saya bersyukur dan merasa lega. Sebelum purna tugas, setidaknya satu “hutang” tuntas sudah.
Dari pojok kampung, terdengar suara ramai orang berkerumun. Ada tukang bakso ternyata. Ingin sekali mencicipi bakso di desa yang udaranya sejuk ini. Juga ingin tahu bagaimana cerita si mas penjual bakso itu bisa terdampar hingga ke pelosok desa di Flores. Tapi, hari sudah sore, langit mendung dan saya harus cepat kembali ke Kota Ende sebelum hujan turun dan basaaahhhhh