From the most remote isolated villages to the gorgeous one,
From the warm friendly villages to the challenging one
Tepat pada tanggal 20 Bulan November Tahun 2010, genap sudah 4 tahun saya bekerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur tercinta ini. Tidak terasa selama 4 tahun itu, sudah banyak cerita, kenangan, suka, duka maupun luka yang terjadi untuk kemudian lekat dalam benak. Menuliskan kembali cerita-cerita tersebut sangatlah menyenangkan. Selain untuk senam otak kanan agar tidak berkarat, cerita ringan itu tentunya oleh-oleh yang berharga bagi kehidupan di masa depan.
Satu keinginan yang baru hari ini dapat terlaksana adalah mengkoleksi cerita tentang desa-desa favorit yang sempat saya kunjungi. Ya, favorit karena tentunya desa-desa itu sangat permai dan masyarakatnya yang ramah. Dari total 88 desa dampingan di 7 kabupaten, sekitar 40-an desa yang sempat saya kunjungi. Sebagian besar diantaranya, hanya satu dua kali saja kaki ini menapaki tanah di desa-desa itu. Namun ada beberapa lokasi yang selalu saya datangi berulang-ulang. Lalu desa-desa mana saja yang menjadi favorit itu? Berikut ini adalah selayang pandang beberapa desa terfavorit yang sering saya kunjungi yang ditulis dalam beberapa bagian terpisah.
Desa Mawar Kabupaten Alor
Bukan saja desa-desa di pelosok Kabupaten Alor yang asik untuk disambangi. Mengunjungi kabupaten Alor-pun sudah merupakan keasyikan tersendiri. Berkunjung ke Alor selalu saja menjadikan saya bersemangat dan siaga dalam posisi berpetualang. Bagaimana tidak, kabupaten ini dapat dikatakan dalam kategori “remote area” atau terpencil karena terletak diujung paling timur Provinsi NTT yang berbatasan langsung dengan laut Timor Leste. Infrastruktur jalan masih sangat minim, ditambah kondisi kabupaten ini yang berpulau pulau.
Alor terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Alor dan Pulau Pantar serta ratusan pulau kecil lainnya. Dalam blog ini, saya sering mengangkat cerita tentang Desa Mawar. Yup! Desa itu adalah desa terfavorit diurutan teratas. Kenapa menjadi favorit? Sebagian alasannya saya ceritakan dalam berbagai tulisan, seperti Desa Mawar Menikmati Air Minum, Route trip Kalabahi – Alor Kecil – Mawar, Tekad dan Kegigihan demi setetes Air Minum, dan Ancient Dancing. Kalau tulisan-tulisan diatas belum juga memuaskan keingintahuan anda tentang Desa Mawar, semoga ditulisan “Desa Mawar yang Memikat” bisa menjawabnya.
Desa Fatukoto Kabupaten Timor Tengah Selatan
Hingga saat ini, saya belum pernah menurunkan satupun tulisan tentang Desa Fatukoto yang berada di dataran tinggi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini. Desa Fatukoto sungguh indah dan eksotis tiada tara, selain berada ditempat yang sangat strategis, hawa pegunungan membuat desa ini selalu sejuk bahkan pada siang hari bolong. Jika berkendaraan dari sisi “atas” desa, maka kita akan menembus hutan cemara yang rindang dan selalu basah oleh embun, melalui jalan berkelok naik dan turun yang terkadang muncul kabut yang membalut kendaraan. Pada 2 kilometer akhir, sebelum mencapai pusat desa jalan menjadi tak beraspal seperti jalur off road lintas alam yang memacu adrenalin.
Satu hal yang mungkin membuat kita terpana adalah jalan desa “off road” itu yang ternyata dialasi pecahan batu gamping yang menyerupai marmer. Bebatuan di Desa Fatukoto ini memang dikenal mengandung unsur mineral tertentu yang mengarah pada jenis bebatuan metamorf. Terbukti di salah satu sudut Desa Fatukoto terdapat bukit marmer. Bahkan pernah ada investor yang masuk dan mulai menambang batu marmer di desa itu beberapa tahun yang lalu. Namun karena tekanan sosial dari masyarakat Desa Fatukoto yang cukup tinggi, akhirnya penambangan dihentikan.
Desa Fatukoto berada di Kecamatan Mollo Utara, atau sekitar 1 jam berkendaraan ke arah utara dari Kota Soe, Ibukota Kabupaten TTS. Sejak keluar dari Kota Soe, jalan aspal menuju Fatukoto tidaklah terlalu besar bahkan sebagian besar rusak berlubang. Disepanjang jalan, banyak terdapat pepohonan jeruk yang dimiliki oleh masyarakat. Kecamatan Mollo Utara ini memang terkenal sebagai salah satu penghasil jeruk Soe yang terkenal manis itu. Sayangnya, kebanyakan pohon jeruk telah di “jual” buahnya sebelum dipanen. Sistem ini di jawa dikenal dengan nama ijon.
Desa Fatukoto dapat dijangkau melalui dua arah. Yaitu dari “atas” atau “bawah”. Sekitar 3 kilometer kearah utara selepas Kapan, Ibukota Kecamatan Mollo Utara terdapat percabangan jalan. Apabila mengambil jalan “atas” maka kita melewati hutan cemara tadi. Jalan “bawah” sebenarnya lebih cepat, namun ada beberapa bagian jalan tersebut yang longsor dan berbahaya dilalui pada musim hujan.
Bersambung…
2 thoughts on “Menyambangi desa-desa di tenggara Indonesia (1)”