Takalapeta: Sumber air semakin terbatas

KALABAHI, SPIRIT–Pada masa lalu saat jumlah manusia masih terbatas, kita bisa langsung mengonsumsi air dari sungai. Kini, hal demikian tidak bisa kita lakukan lagi karena peningkatan jumlah manusia yang semakin banyak dengan berbagai aktivitas. Dengan demikian air sungai tidak layak lagi untuk dikonsumsi secara langsung.

Selain itu, dengan adanya jumlah manusia yang semakin banyak, juga telah mengakibatkan sumber air bersih semakin terbatas. Selain itu, meskipun sumber air bersih ada tetapi jauh dari jangkauan penduduk. Oleh karena itu, pemerintah bertugas mendekatkan air bersih dengan pemukiman penduduk.

“Dalam rangka tugas mendekatkan sumber air bersih dengan kebutuhan atau pemukiman, pemerintah dan masyarakat bekerja sama dengan pihak swasta maupun lembaga-lembaga swadaya lokal maupun internasional telah melakukan berbagai upaya pembangunan sarana air bersih, antara lain perpipaan, sumur bor, serta penampungan air hujan dan pembangunan sarana air minum melalui teknologi penyulingan air laut menjadi air tawar atau desalinasi di daerah-daerah yang curah hujannya rendah dan tidak memiliki sumber air,” papar Bupati Alor, Ir. Ansgerius Takalapeta, dalam arahannya pada acara pembukaan pelatihan survai dan design sarana air bersih sistem perpipaan pola gravitasi dukungan UNICEF bagi Kabupaten Belu, TTS, Rote Ndao, Sumba Timur, dan Kabupaten Alor tahun 2008 di Aula Hotel Adhi Dharma Kalabahi, Senin (11/8/2008).

Bupati Ans menjelaskan, UNICEF telah membantu Kabupaten Alor dalam bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan sejak beberapa tahun silam. Pada tahun 2007 lalu, katanya, UNICEF telah membangun 1.700 unit penampungan air hujan (PAH) di beberapa tempat. “Atas nama seluruh masyarakat Alor, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas berbagai bantuan yang telah diberikan UNICEF untuk masyarakat Alor,” katanya.

Menurutnya, pembangunan sarana air bersih sangat membutuhkan biaya besar sehingga perlu adanya studi teknis agar dalam pelaksanaan pembangunannya berhasil, air dapat mengalir dengan baik dan memadai atau mencukupi kebutuhan. Namun selain studi teknis, perlu adanya kajian sosial sebab banyak proyek sarana air bersih tidak berjalan disebabkan oleh masalah sosial.

“Secara teknis, ok. Sumber air yang dibangun itu bagus, bisa mengalir dan mencukupi kebutuhan, tetapi hambatan sosial akan membuat air tidak mengalir. Oleh karena itu selain studi teknis dilaksanakan, hal sosial juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat dalam pemanfaatan air agar lebih efisien. UNICEF juga telah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membiayai program-program pembangunan sarana air bersih. Saya harapkan agar peserta pelatihan survai dan design sarana air bersih sistem perpipaan pola gravitasi dari lima kabupaten ini harus bisa mengikuti pelatihan ini secara serius dan belajar bersama tentang pembangunan sarana air bersih sistem perpipaan gravitasi yang tentunya harus sesuai standar UNICEF dan diaplikasikan pada pelaksanaan program-program pembangunan sarana air selanjutnya,” tegasnya.

Ketua Panitia, Esron Maro, S.T dalam laporannya menjelaskan, Kabupaten Alor dipilih sebagai lokasi pelatihan karena saat ini (tahun 2008) terdapat tiga desa yang sedang melaksanakan pembangunan sarana air bersih dengan sistem perpipaan gravitasi, yaitu Desa Maritaing, Kecamatan Alor Timur; Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut; dan Desa Mawar, Kecamatan Pantai Timur. Pada tahun 2008, UNICEF mendukung kegiatan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat, namum sebelum pembangunan sarana perpipaan gravitasi dilaksanakan, maka harus dilakukan proses survai lapangan dan penyusunan detail teknis (detailed engineering design) yang sesuai standara UNICEF sehingga diperlukan pelatihan khusus yang bertujuan melengkapi kemampuan tim teknis untuk dapat melakukan survai dan perencanaan dengan baik.

Esron menjelaskan, pelatihan berlangsung selama enam hari, 11-15 Agustus 2008 dengan materi pelatihan tentang kebijakan nasional dan regional, dukungan UNICEF untuk program air bersih dan sanitasi lingkungan di Propinsi NTT, dasar- dasar survai, konsep sarana air bersih dengan sistem perpipaan gravitasi, standar design dan perhitungan, persiapan survai, pelaksanaan survai dan rencana teknis dan detail yang disampaikan oleh enam orang narasumber.

Mereka adalah Trisno dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI; Revoliando dari Direktorat Jenderal Perencanaan Teknis Air Minum wilayah II Departemen Pekerjaan Umum RI; Robby Kamarga, Perwakilan UNICEF Indonesia (Wes Specyalist UNICEF pusat); Ir. Reza Hendrawan, Perwakilan UNICEF Kupang (project officer); Christina Beli, ST dari Dinas PU Alor; Mohamad Yuri Gagarin, S.Pd dari SMK Negeri Kalabahi. (humas setda alor)

[catatan: artikel ini diambil dari Mingguan Spirit NTT]

One thought on “Takalapeta: Sumber air semakin terbatas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *