buat teman2 yang bekerja di lembaga internasional. Jangan galak2 ah dengan neoliberal dan asing. Kan anda2 ini bekerja di lembaga asing.hehe
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Suka tidak suka, kalau kita bkrja dgn organssi internasional, kita adalah bagian didalamnya. kita mempromosikan nilai2 yang diperkenalkannya — Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Harus diakui, organisasi international memfasilitasi penetrasi neoliberal kedalam sistem pemerintah, baik langsung maupun tidak langsung.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Hati2 mengkritik neoliberal dan asing. Salah2 kritik seperti meludahi muka kita sendiri loh. heheheh — Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Saya setuju kita harus kritis pada neolib dan asing. Tapi tidak dengan cara logika biner yang sebenarnya warisan dari masa kolonial.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Dulu waktu jaman kolonial, logika biner-nya adalah native vs kolonial. Sekarang logika biner menjadi modal Indonesia vs modal asing.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Seolah-olah asing itu jahat dan eksploitatif dan modal dalam negeri itu ramah. Padahal realitasnya lbh kompleks dan tidak sesederhana itu.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Kolonial bisa menguasai indonesia ratusan thn krn ada obedient native yg mndptkan keuntungan dgn mnjadi operator eksploitasi ditingkat lokal
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Lalu, apa bedanya dengan “obedient development professional” pada masa kini yg memfasilitasi eksploitasi Indonesia dengan cara yg canggih,
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
entah eksploitasi itu dilakukan oleh investor lokal maupun asing. eksploitasi itu merugikan scr ekonomi dan menghancurkan alam
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Jadi pembedaan investor lokal dan asing menjadi tdk relevan, krn keduanya bisa eksploitatif dan merugikan masyarakat Indonesia.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Nah. lucunya profesional di development sector ini ada yg gak ngerti & galak banget sama investor asing. Berbagi tautan “Indonesia for sale”
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Padahal sebagai development professional mereka lupa sering mempromosikan good governance. Praktek tata kelola yang baik
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
good governance tdk sj dipromosikan oleh teman2 bekerja utk NGO, UN dan lembaga2 bilateral macam USAID, AUSAID dan GIZ tapi jg dipraktekkan
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Good governance dipraktekkan dengan membuka ruang dialog pada proses pengambilan keputusan. Melibatkan sebanyak mungkin stakeholders.
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Intinya, pekerja2 dibidang development ini adalah promoter dan pelaksanan good governance. Gak ada yang membantahlah untuk hal ini. Iya kan?
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Nah, masalahnya, good governance itu ternyata adalah salah satu strategi canggih penetrasi neoliberal lohh… hehehehehe.. Gak nyangka toh
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Sebagai development professional kita unconsciously support good governance, seolah-olah good governance bagian terpisah dari praktek neolib
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Padahal good governance itu mmg diciptakan utk mmfasilitasi neoliberal brkmbang sempurna dgn harapan dpt meminimalkan efek buruk kapitalisme
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Jadi kalau kita masih bkerja sebagai development professional di institusi internasional dan kita kritik neolib dan asing seenake udele dewe
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Itu sama sj meludahi muka sndiri. Hehehe. Bicara anti asing & anti neolib dsb. Tapi kerjanya di organisasi asing & promosikan nilai2 neolib
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Ini ada link abstract buku yang mengkritik good governance. Salah satu studi kasus di Indonesia menyimpulkan bahwa:
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
“in Indonesia, the ‘instrumentalisation’ of good governance (is intended) to pursue the interests of international businesses and the IMF”
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014
Ini link bukunya. Semoga teman2 yg bkrja di NGO dsb bs mengerti & memahami hal ini. Spy tdk meludahi muka sendiri http://t.co/TkmALgwrJ7
— Reza Hendrawan (@reza_hendrawan) November 12, 2014