Pulau Sumba dengan luas lebih dari dua kali ukuran Pulau Bali, memilik sejumlah potensi pariwisata yang belum “tergarap” secara maksimal. Walaupun sebagian besar pulau ini terdiri dari padang rumput savana yang pada musim kemarau terlihat kering dan gersang, namun terdapat beberapa lokasi yang unik dan menarik. Salah satunya adalah desa adat yang terdapat di Sumba Timur.
Menyaksikan desa ini, saya seperti tersedot dalam kumparan mesin waktu. Terlempar ratusan tahun yang lalu, pada sebuah masa dimana manusia sumba belum terjamah modernitas. Dari tengah desa, rumah panggung kayu dengan atap alang-alang berbaris kanan dan kiri. Ditengahnya beberapa tugu raksasa berdiri kokoh. “Tugu itu adalah batu kubur,” begitu kata Pak Nico, staff Bappeda Sumba Timur yang kali ini menemani saya. Dari Pak nico juga saya mendapatkan informasi bahwa hanya kelompok bangsawan saja yang dapat “menikmati” singgasana abadi seperti itu. Sebuah batu kubur yang beratnya ratusan ton, diangkut dan dibawa dengan hanya tenaga manusia dan kuda. Ketika itu, tentu belum ada traktor dan truk seperti saat ini.
Kagum sekaligus bingung. Bagaimana tidak, berbekal pengalaman menjelajah beberapa tempat di bagian tengah dan timur Indonesia, hal unik seperti ini selalu ada diberbagai lokasi. Namun tetap saja saya dibuat kagum akan kehandalan pikiran dan tenaga manusia dalam menciptakan teknologi lokal. “Kok bisa ya,” begitu kira-kira saya bergumam. Bingung! Jelas bingung. Bagaimana tidak, batu berat seberat ratusan ton, dibawah dari tempat yang jauhnya belasan kilometer, dengan tenaga manusia, hanya untuk mengubur satu orang saja. Bagaimana ya caranya???? Mungkinkah memakai ilmu yang tidak (atau belum) mampu dijelaskan oleh nalar rasional.
One thought on “Sumba Timur nan Eksotik”